Jumat, 17 Januari 2020

Bos Dewa segera menyusul bang Aga dibioskop, apa kabar Faradise?



Critoku- Faradita, ibu satu anak ini pasti sudah tidak asing ditelinga para pembaca Wattpad. Apalagi salah satu karyanya sudah difilmkan beberapa bulan yang lalu. Tentu semakin banyak orang-orang yang mengetahui sosok novelis cantik satu ini.

Wanita asal Banjarmasin ini sangat pandai menuntun para pembaca untuk merasakan banyak emosi. Bisa membawa rasa bahagia yang membuat kaum remaja serasa melayang, dan juga merasakan sedih yang akan sukses membuat pembaca mengeluarkan air mata. Bahkan sampai melontarkan kata-kata kekecewaan, dan juga makian dikolom komentar wattpad.

Tak jarang, pembaca yang emosinya berhasil diaduk-aduk oleh tulisan wanita berkulit putih ini memposting kalimat dari wattpad di akun sosil media. Yang tentu menarik perhatian dari pembaca lainnya.

Wanita yang belum lama melahirkan ini sudah banyak menuangkan idenya di dunia orange, atau biasa disebut wattpad. Bahkan dari sekian banyak karyanya, hampir semuanya sudah diterbitakan. Dan tak lama lagi, salah satu karyanya yang berjudul Invalidite juga akan difilmkan menyusul Sin yang sudah tayang sebelumya. Kalo istilahnya penggemar sih, bos Dewa akan segera nyusul bang Aga dilayar kaca.

Untuk para Faradise, sebutan bagi pembaca karya Faradita tentu hal itu merupakan kabar yang sangat menggemberikan.

Sumber: @faradisme

Tentu filmnya tidak sabar untuk segera disaksikan para Faradise bukan? Bahkan postingan instagram Faradita menuai banyak komentar usulan nama-nama aktor ataupun selebgram yang menurut pembaca cocok untuk memerankan sosok Bos Dewa.

“yang jadi dewa difilm ini semoga @aliandooo amin” tulis @tarisanovitha.

“kak yg jadi dewa @albanyrayy  dongg🙈😭 cool2 cuek giyu cocok bgt wkwk” susul @leilajanariah

Selain karyanya akan segera difilmkan, Faradita juga tak lupa mengupdate ceritanya di dunia orange. Tentu untuk memanjakan para pembaca setianya. Karena karya-karyanya yang selalu membuat pembaca hanyut kedalam emosi.

Kamis, 16 Januari 2020

Lucunya LIU YU CHEN, pebulu tangkis China ketika bermarga menjadi Setiawan

Sumber: @liuyuchenfans

Critoku- Pebulu tangkis ganda putra asal Tiongkok, Liu Yu Chen baru saja membuat penggemar gemas dengan postingannya di Instagram. Dipostingan itu memperlihatkan pose mengemaskan Liu Yu Chen beserta keluarga kecil Hendra Setiawan. Tak lupa menyertakan caption yang berhasil mengundang tawa penggemar.

Sumber: @liuyuchen88888

Tak hanya penggemar, postingan itupun mengundang komentar dari pebulu tangkis Indonesia putra lainnya. Seperti Fajar Alfian yang turut meramaikan postingan tersebut.

"Not Yuchen, but Ryuchen" balas akun @sansan_san yang tak lain adalah istri Hendra Setiawan. Tentu balasan itu membuat pengemar semakin gemas.

Foro postingan itu juga sepertinya baru diambil setelah pertandingan Liu Yu Chen dan juga Hendra Setiawan pekan lalu di Malaysia Master 2020

"Ryuchen kalo mau ambil KK mikin ada lembar fotocynya" balas akun @memebulutangkis yang ikut memberikan komentar lucu. Disusul oleh akun-akun penggemar lainnya yang tak kalah lucu.

"Akhirnya gege Yuchen gabung bareng adek2nya" imbuh akun @wd.ka.

Pebulu tangkis yang menduduki peringakat 4 dunia ini memang selalu bisa menarik perhatian penggenar dengan tingkah-tingkahnya yang menggemaskan. Selain wajahnya yang memang tampan ala-ala aktor dari China, performanya saat di lapangan memang sangat memukau. Apalagi saat ia tertawa, matanya yang akan menghilang menambah rasa gemas penggemar pada atlet 24tahun ini.

Terlepas dari itu, pebulu tangkis Ganda Putra ini saat ini tengah berjuang di Indonesia Mastee yang digelar di Istora Senayan Jakarta.

Kamis, 07 November 2019

Conoscimi


"Hai, kak Bana." Sapaan itu baru saja dilontarkan oleh Aneline pada seorang cowok yang tengah mengenakan jaket.

Ya, saat ini Aneline tengah berada di parkiran fakultas Pertanian. Lebih tepatnya tengah berdiri disebelah Bana, salah satu mahasiswa jurusan peternakan. Aneline masih menunjukkan senyum sumringahnya pada cowok manis itu.

Bana hanya melirik Aneline sekilas tanpa menghentikan kegiatannya. Kini tangannya beralih meraih helm yang ada diatas motornya. Namun sebelum hal itu terjadi, Aneline sudah lebih dulu meraih tangan cowo berjaket abu abu itu.

"Kenalin. Nama aku Aneline, dari kedokteran." Kata Aneline memperkenalkan diri, tak lupa tangan kanannya menjabat tangan kanan Bana secara paksa. Melihat perilaku aneh cewek didepannya, Bana hanya menaikkan sebelah alisnya tanda ia tak mengerti

"Aku cuma mau bilang aja sih. Jadi, ada mahasiswi dari fakultas sebelah sana." Lanjut Anelin sambil menunjuk kearah gedung Fisip yang memang letaknya bersebelahan dengan gedung fakultas Peternakan.

"Nah mahasiswi itu kakak aku. Sebenernya dia pengen kenalan sama kak Bana, tapi dia gak berani. Namanya Asya, dia jurusan Ilkom. Dia cakep kok. Nanti kalo kak Bana sempet ketemu, ajak dia kenalan ya, kak. Dia anaknya pemalu soalnya." Aneline menjelaskan panjang lebar. Cewek yang tidak bisa dikatakan tinggi itu terlihat agak gelisah, sesekali ia melirik kearah jam yang bertengger di tangan kirinya.

"Aku ada kuliah sekarang. Jadi aku pergi dulu. Bye, kak Bana. Janga lupa ajak kenalan kakak aku. Dadahh." Lanjut Aneline lalu bergegas meninggalkan Bana yang masih tidak mengerti dengan maksud cewek jurusan kedokteran itu. Tak lupa, Aneline juga melambaikan tangannya kearah Bana.

Tak mau ambil pusing, Bana lalu kembali meraih helm merahnya dan segara memakainya. Setelahnya, ia langsung naik ke motor sport hitamnya dan pergi meninggalkan parkiran yang masih agak ramai itu.


°°°


Bana masih dengan setia menunggu kehadiran teman-temannya didepan gedung fakultasnya lantai satu. Hari ini ia dan teman-teman satu kelompok belajarnya akan melakukan rapat guna merundingkan tugas mereka yang tidak sedikit. Saat ini baru ada Bana dan dua orang cowok yang sudah hadir, sedangkan masih ada tujuh orang lagi yang harus ia tunggu kehadirannya.

Setelah melayangkan pandangannya kearah parkiran, Bana kembali duduk ditempatnya semula. Bana memang bukan tipe cowok yang amat sabar, namun ia juga bukan tipe cowok yang tidak sabaran pula. Dia hanya tipe orang yang ikhlas begitu saja dalam melakukan sesuatu.

"Permisi, kak." Bana dikejutkan oleh suara cewek yang tengah berdiri di sebelah kirinya. Bana pun segera mengalihkan pandangannya dari ponsel yang menjadi pusat perhatiannya dari beberapa menit yang lalu.

"Kita dari jurusan ilmu komunikasi, mau ngasih brosur bazar yang akan diadakan satu minggu lagi. Jangan lupa dateng ya, kak." Kata salah satu cewek sambil mengulurkan brosur kepada Bana.

"Woi, Asya. Jangan lupa naik juga ya!" Teriak seorang cewek dari parkiran yang terletak didepan fakultas Peternakan.

"Iye ah." Balas cewek yang tadi memberikan brosur pada Bana. Yang dibalas acungan jempol oleh cewek yang tadi berteriak di parkiran.

"Eh, terimakasih ya, kak. Permisi." Pamit cewek yang satunya dengan tersenyum manis pada Bana.
 Setelah kedua cewek itu pergi dari hadapan Bana, barulah ia mulai berfikir. Ia merasa tidak asing dengan nama yang diteriakkan oleh cewek diparkiran tadi.

Asya, asya, asya. Oh iya, itu bukannya nama anak ilkom yang katanya pengen kenalan sama gue itu? Oh jadi dia orangnya.

Batin Bana tanpa mengeluarkan ekspresi apapun. Bahkan tersenyum tipis pun enggan. Entahlah, ia hanya berfikir tanpa ingin mengeluarkan ekspresi yang berarti. Setelah menoleh sekilas pada dua cewek yang memberikan brosur padanya tadi, Bana kembali mengalihkan perhatiannya pada ponsel, menunggu chatt dari teman-teman satu kelompoknya.

°°°

Setelah memesan makanan, Bana segera berjalan menghampiri bangku yang diduduki teman-temannya yang terletak dipojok. Baru setengah jalan, tiba-tiba saja ada yang menarik tas nya dari belakang. Hal itu sontak membuat Bana segera membalikkan badan sambil menghembuskan nafas kasar.

"Hai, kak Bana." Sapa seorang cewek yang beberapa hari lalu menghadangnya diparkiran fakultas. Bana masih mengingat wajah sumringah itu. Bana hanya menaikkan sebelah alisnya. Malas menanggapi cewek ceria satu ini.

"Gimana? Udah ketemu kak Asya?" Tanya Aneline to the point, jangan lupakan senyum lima jarinya. Yang dibalas Bana dengan mengangkat kedua bahunya.

"Ih kok gitu sih. Kata kak Asya kemaren lusa ketemu kok pas ngasih brosur bazar." Kata Aneline bersungut sungut.

"Oh yang itu." Balas Bana dengan ekspresi datar.

"Iya. Jadi kak Bana udah tau kan? Sempet kenalan kan? Gimana gimana? Dia cakep kan?" Rentetan pertanyaan seketika diberondongkan oleh Aneline pada Bana. Cewek itu terlalu semangat setelah tau kalo Bana sudah bertemu dengan kakaknya.

"Dia cantik." Balas Bana segera. Ia bermaksud ingin kembali melanjutkan langkahnya, tapi lagi lagi dicegah oleh Aneline.

"Ih, aku belom kelar, kak. Kak Bana sempet kenalan kan sama kak Asya?" Tanya Aneline lagi.

"Enggak." Jawab Bana singkat dan segera pergi dari hadapan Aneline.

Aneline mengerucutkan bibirnya melihat kelakuan cowok yang ditaksir oleh kakaknya itu.


°°°

Bana baru akan melangkahkan kakinya menuju gedung fakultasnya. Tetapi teriakan dari salah satu temannya berhasil menghentikan langkahnya. Aldan, salah satu teman sejurusan Bana.

Baru Bana ingin melangkahkan kakinya, pandangannya teralih kala melihat wajah yang familiar dimatanya. Wanita yang beberapa hari lalu memberinya brosur bazar. Ya, dua cewek itu lagi. Mungkin kedua cewek itu baru saja tiba. Karena gedung fakultas Pertanian dan Fisip bersebelahan, maka parkiran kedua fakultas itu pun menjadi satu.

Bukan, Bana bukan memperhatikan cewek yang ia ketahui bernama Asya, tetapi cewek yang satunya. Cewek yang entah siapa namanya itu tengah tertawa saat ini. Dan hal itu sedikit menarik perhatian Bana.

Tanpa disadari, senyum kecilpun muncul dibibir Bana. "Kenapa lo?" Pertanyaan itu sontak melenyapkan senyum kecil Bana.

"Hah. Gak apa-apa. Yuk ke kelas." Ajak Bana pada Aldan untuk mengalihkan perhatian. Aldan yang tak ambil pusingpun hanya menuruti ajakan teman satu kelasnya itu.
°°°

Bana tengah memainkan ponsel tanpa memperhatikan langkahnya. Hingga tiba-tiba ada yang menabraknya dari samping. Untungnya ponsel yang sedari tadi ada di genggamannya tidak jatuh. Tapi buku yang dibawa oleh penabrak yang jatuh berserakan didekat kakinya.

"Eh, maaf, maaf. Lagi buru-buru jadi kurang fokus. Maaf ya." Kata cewek yang tadi menabraknya sambil mengambil bukunya yang berserakan. "Maaf banget ya." Belum sempat Bana membalas perkataan cewek itu, ia sudah ditinggalkan begitu saja.

Bana masih terdiam ditempat dan memperhatikan punggung cewe itu yang semakin menjauh. Cewek itu berjalan menuju gedung Fisip. Cewek mungil dan manis itu anak Ilkom. Tentu saja Bana tau, dia adalah wanita yang membuatnya tersenyum kecil kemarin pagi.
°°°

Saat ini bazar yang diadakan oleh mahasiswa dan mahisiswi Ilmu Komunikasi tengah diadakan. Tidak bisa dipungkiri, acaranya memang ramai pengunjung. Bahkan parkiran pun ikutan ramai. Banyak orang berlalu lalang, baik mahasiswa fakultas Pertanian dan Fisip atau bahkan mahasiswa prodi lain.

Tentu saja bazar ini ramai. Selain terletak ditempat yang strategis, yaitu di halaman depan gedung Fisip, petugas bazar pun anak-anak Fisip sendiri. Satu kampus juga tau, kalau anak-anak Fisip itu pusatnya mahasiswa cakep, apalagi jurusan Ilmu komunikasi. Banyak ditemukannya habitat cowok-cowok ganteng dan cewek-cewek cantik. Sudah dapat dipastikan acara ini ramai didatangi mahasiswa dari berbagai jurusan.

Setelah mendapat berbagai bujukan dari teman-temannya, akhirnya Bana hanya pasrah mengikuti mereka ke acara bazar.

Sesampainya ditempat bazar, teman-teman yang tadi bersama Bana entah pergi kemana. Mungkin mereka tengah melakukan aksi modus pada anak-anak Ilkom yang cantik dan seksi. Maklum, mereka kan cowok normal.

Sebenarnya Bana tau hal ini akan terjadi, makanya dia malas diajak kesini. Tapi yasudahlah. Berhubung dia sudah ditempat bazar, Bana lanjut melangkahkan kakinya menyusuri stand-stand.

Sepuluh menit Bana berjalan, belum ada yang mampu menarik perhatiannya sampai sekarang. Entah apa yang dicari cowok manis berkumis tipis itu. Sampai kemunculan seorang cewek dari balik salah satu stand, barulah Bana menghentikan langkahnya. Setelahnya ia langsung menghampiri stand tersebut.

"Eh, kak Bana. Sini, sini beli jajanan kakak aku." Sapa Aneline begitu Bana sampai didepan stand.

"Dakocan, bantuin dong." Teriak seorang cewek disamping stand yang mampu mengalihkan perhatian orang-orang di stand. Tak lama, cewek mungil dengan setelah kaos warna kuning dan rambut dicepol asalpun menghampiri sumber suara.

Perhatian Bana pun mengikuti gerakan cewek mungil itu. Hal itu sontak mengundang perhatian Aneline.

"Acie kak Bana merhatiin kak Asya mulu. Katanya belum kenalan, tapi kok pandangannya gak mau lepas gitu." Ledek Aneline dengan wajah sumringah.

"Asya?" Sontak Bana langsung mengalihkan perhatiannya pada cewek jurusan kedokteran yang amat ceria disampingnya.

Aneline mengangguk antusias, tak lupa senyum sumringahnya. "Iya, kak Asya. Yang pengen kenalan sama kak Bana itu loh." Jelas Anelin.

Bana menaikkan sebelah alisnya tanda tak mengerti. "Bukannya Asya si dia?" Tanya Bana sambil menunjuk cewek cantik dengan setelan kaos kuning yang berdiri tak jauh dari Aneline. Sontak cewek berambut panjang yang ujungnya di curly itupun menoleh kearah Bana.

"Eh, enak aja. Gue ini Aisha ya, bukan Asya. Kalo Asya noh yang lagi jalan kesini noh." Teriak cewek cantik itu sambil menunjuk kearah belakang Bana. Benar saja, dari arah belakang Bana tengah ada cewek mungil yang tadi diteriaki Dakocan oleh temannya sedang berjalan menuju kearah mereka.

"Jadi, kak Bana ngiranya kalo kak Aisha itu kak Asya gitu?" Tanya Aneline heboh, sementara Bana hanya mengangkat kedua bahunya. "Kan aku udah bilang, kak Asya itu cakep yang cenderung manis, ih kak Bana mah." Teriak Anelin masih saja heboh.

Tak lama, cewek mungil yang sedari tadi mereka ributkan itu tiba dihadapan mereka. Perhatian Bana sepenuhnya mengarah kepada cewek manis dengan cepol rambut asal itu.

"Bana." Kata Bana memperkenalkan diri, tak lupa mengulurkan tangan kananya pada cewek yang mampu menarik perhatian Bana dari beberapa hari yang lalu.

Terlihat sekali bahwa cewek itu terkejut. Bibirnyapun terbuka sedikit. Tak lama sebuah senyuman manispun pun terbit dibibirnya, dan tangan kanannya terulur menyambut tangan Bana.

"Asya."-



-END-